Jumat, 03 April 2015

Analis Gender dan Tafsir Agama dalam buku, Mansour Fakih¸ Analisis Gender & Transdormasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996).

Agama sering dianggap sebagai biang masalah atas ketidakadilan gender. Hal yang sangat menganggu adalah misalnya tentang pengambaran Tuhan seolah-olah laki-laki, ini hampir terjadi di setiap agama. Permasalahan itu terjadi apakah karena watak agama itu sendiri ataukah justru berasal dari pemahaman, penafsiran dan pemikiran keagamaan yang tidak mustahil dipengaruhi oleh tradisi dan kultur patriaki.
            Al-Quran sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui bahwa keududkan laki-laki dan perempuan adalah sama, keduanya diciptakan dari satu nafs (living entity) dimana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Bahkan Al-Quran tidak menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, sehingga kedudukan dan statusnya lebih rendah. Atas dasar itu prinsip laki-laki dan perempuan adalah sama, hak istri diakui sederajat dengan hak suami.
Adapun hal yang mempengaruhi dan dianggap mewakili pandangan resmi Islam atas asal datangnya pemikiran yang telah menjadi tradisi dan tafsir keagamaan yang meletakkan posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki antara lain pengaruh kultru Timur Tengah abad peretangahan. Sheikh Nefzawi seorang penulis Muslim yang mewakili kultur pada zamannya menjelaskan tipe perempuan ideal adalah: “Perempuan yang jarang bicara atau ketawa. Dia tidak pernah meninggalkan rumah, walaupun untuk menjenguk tetangganya atau sahabatnya. Ia tidak memiliki teman perempuan dan tidak percaya siapa saja kecuali pada suaminya. Dia tidak menerima apapun dari orang lain kecuali dari suami dan orang tuanya. Jika dia bertemeu dengan sanak keluarganya, dia tidak mencampuri urusan mereka. Dia harus membantu segala urusan suaminya, tidak boleh banyak menuntut ataupun bresdih. Ia tidak boleh tertawa selagi seuaminya bersedih, dan senantiasa menghiburnya. Dia menyerahkan diri hanya kepada suaminya,  meskipun jika kontrol akan membunuhnya.... perempuan seperti itu adalah yang dihormati oleh semua orang.
Padahal dalam Al-Quran sudah menjelaskan bahwa subordinasi yang berkembang dalam masyarakat tidak sesuai dengan semangat keadilan dalam Al-Quran, Surat Al-Hujurat ayat 14 : Allah hanya menilai sesorang dari ketaqwaannya bukan dari kedudukan laki-laki atau perempuan. Ayat lain juga menyatakan tidak ada subordinasi antara perempuan dan laki-laki seperti surat At-taubah ayat 71, An-Nisa 123, Surat ayat 195 dan An-Nahl ayat 97.

Pemahaman yang bias gender selain meneguhkan subordinasi kaum perempuan juga membawa akibat pada persoalan waris dan kesaksian diaman nilai kaum perempuan dianggap separoh dari kaum laki-laki. Tradisi penafsiran Islam yang tidak menggunakan perspektif gender, perempuan sama sekali tidak memiliki hak berproduksi maupun reproduksi yakni untuk mengontrol organ reproduksi mereka. Perlu usaha untuk menafsirkan kembali agar keadilan gender dalam hak-hak reproduksi perlu mendapat perhatian, meliputi hak: jaminan keselamatan dan kesehatan, memilih pasangan, hak untuk menikamti dan menolak hubungan seksual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar