Jumat, 03 April 2015

Kesakralan Masyarakat Emil Durkheim, dalam buku Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion terj. Inyiak Ridwan Muzir dan M. Syukri, Yogyakarta: IRCiSoD

Durkheim  mengutamakan arti penting masyarakat, struktur, interaksi dan institusi sosial dalam memahami perilaku manusia. Klaimnya bahwa tanpa adanya masyarakat yang melahirkan dan membentuk semua itu, maka tak satupun yang akan muncul dalam kehidupan kita. Baginya agama dan masyarakat tidak dapt dipisahkan, keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Perubahan masyarakat mempengaruhi dalam keadaan beragama, revolusi industri kemudian revolusi politik tahun 1800-an di Eropa misalnya. Durkehim membagi kondisi saat itu menjadi empat pola: (1) tatanan masyarakat Eropa tradisional yang dulu terikat dengan tali kekeluargaan, komunitas dan agama berganti dengan “kontrak sosial” individualisme dan pragmatis (uang) lebih berkuasa, (2) perilaku dan moral, dan nilai-nilai sakral dan keyakinan agama yang disetujui gereja, ditantang oleh kepercayaan baru yang menekankan rasionalitas ingin bahagia di dunia daripada ingin masuk surga kelak, (3) bidang politik muncul masa demokratis dalam masyarakat arus bawah, pusat kekuasaan di arus atas masyarakat telah mengubah kontrol sosial alami masyarakat. (4) kebebasan individual yang terlepas dari paradigma lama telah menjanjikan kesempatan besar dengan resiko yang tidak ringan untuk mewujudkan kemakmuran, yaitu perasaan kesepian dan terisolasi.
Agama adalah suatu sistem kepercayaan dengan perilaku-perilaku yang utuh dan selalu dikaitkan dengan yang sakral, yaitu sesuatu yang terpisah dan terlarang. Kepercayaan Totemisme: agama suku di Australia merupakan yang paling penting dalam masyarakat yang sangat sederhana, karena seluruh aspek kehidupan mereka dipengaruhi oleh totem-totem. Ini merupakan agama yang paling simpel, dasar dan asli, juga agama tertua, dialah sumber segala jenis keyakinan keagamaan, baik agama yang menyakini roh, dewa-dewa, binatang, planet atau bintang-bintang. Sebelum masyarakat memutuskan untuk meyakini Tuhan,terdapat sesuatu yang lebih mendasar lagi yaitu perasaan akan adanya sesuatu yang impersonal, maha kuasa, prinsip-prinsip totem yang menjadi fokus utama dalam keyakinan klan. Totem adalah simbol klan dan Tuhan sekaligus, karena Tuhan dan klan pada dasarnya adalah hal yang sama.
Dalam analisis teori tentang agama yang dikemukakan Durkheim, bahwa keyakinan dan ritual-ritual agama adalah ekspresi simbolis dari kenyataan sosial. Pemujaan terhadap totem sesungguhnya adalah pernyataan kesetiaan pada klan. Memakan totem adalah penegasan dan bantuan kepada kelompok, sebuah cara simbolis setiap anggota kelompok untuk menyatakan bahwa kepentingan klan lebih utama dari kepentingan individu. Ritual-ritual totem akan menjelaskan perilaku keagamaan sama dengan ide-ide tentang totem dapat menjelaskan keyakinan religius. Konsep tentang masyarakat sekali lagi akan memegang kata kunci. Fungsi ritual keagamaan yang jauh lebih penting daripada keyakinan ini akan memberikan kesempatan bagi setiap anggota masyarakat untuk memperbaharui komitmen mereka kepada komunitas, mengingatkan bahwa dalam keadaan apapun, diri mereka akan selalu bergantung kepada masyarakat, sebagaimana masyarakat bergantung kepada keberadaan mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar