Filsafat Pemikiran Ar-Razi
Lima Kekal (Kadim), filsafat Al-Razi terkenal
dengan ajarannya Lima yang kekal yaitu: Al-Bary Ta`ala (Allah Ta`ala), Al-Nafs
Al-Kulliyat (Jiwa Universal), Al-Hayula Al-Ula (Materi Pertama), Al-Makan
Al-Muthlaq (Tempat/Ruang Absolut) dan Al-Zaman Al-Muthlaq (Masa Absolut).
Menurut Al-Razi, Allah maha pencipta dan
pengatur seluruh alam ini. Alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada (ceratio
ex nihilo), tetapi dari bahan yang telah ada. Jiwa universal merupakan sumber
kekal yang kedua, padanya terdapat daya hidup dan bergerak. Sulit diketahui
karena ia tanpa rupa, tetapi karena ia dikuasai naluri untuk bersatu dengan
materi pertama, terjadilah pada zatnya rupa yang dapat menerima fisik. Argumen
yang memperkuat tentang kekekalan materi pertama, dengan dua argumennya: adanya
penciptaan mengharuskan ada Pencipta, ketidakmungkinan penciptaan dari ceratio
ex nihilo.
Materi yang kekal, maka ia menempati ruang,
ruang juga kekal. Ruang dipahami sebagai konsep yang abstrak, ruang dapat
dibedakan menjadi dua macam; ruang partikular dan ruang universal. Ruang
partikular akan terbatas dengan terbatasnya maujud, berubah dan lenyap sesuai
dengan keadaan maujud yang ada di dalamnya. Ruang yang kedua tidak terikat
dengan maujud maupun terbatas. Ruang dapat dapat berisi wujud atau yang bukan
wujud karena kehampaan bisa saja terjadi. Ruang universal ini yang disebut
kosng dan ruang ini yang dikatakan Al-Razi sebagai ruang yang kekal.
Waktu atau zaman ada waktu mutlak dan waktu
terbatas. Waktu mutlak bersaifat kadim dan substansi yang bergerak dan
mengalir. Waktu terbatas (Mahshur) waktu yang berdasarkan pada
pergerakan planet, perjalanan bintang, dan mentari, waktu yang terbatas ini
tidak kekal, yang disebut dengan al-waqt.
Akal, Kenabian, dan Wahyu, menurut Al-Razi
akal bersumber langsung dari Allah, sbegai utusan untuk menyadarkan manusia
dari kebodohannya. Al-Razi dikenal sebagai seorang rasionalis murni. Akal
menurutnya adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia.dengan akal manusia
dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang Allah. Oleh sebab itu manusia tidak boleh menyia-nyiakan
dan mengekangnya, tetapi harus memberikan kekebasan padanya dan harus
merujuknya dalam segala hal.
Dalam bukunya Al-Thibb Al-Ruhani tidak
ditemukan keterangan bahwa Al-Razi mengingkari kenabian atau agama, bahkan
sebaliknya ia mewajibkan untuk menghormati agama dan berpegang teguh kepadanya
agar mendapatkan kenikmatan di akherat berupa surga dan mendapatkan keuntungan
berupa ridha Allah. Artinya manusia yang utama dan yang melaksanakan syariah
secara sempurna tidak perlu takut terhadap kematian. Ahl ini disebabkan syariah
telah menjanjikan kemenangan dan kelapangan serta (menjanjikan) bisa mencapai
kenikmatan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar