Jumat, 03 April 2015

Ar-Razi,dalam Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Filsafat Pemikiran Ar-Razi
Lima Kekal (Kadim), filsafat Al-Razi terkenal dengan ajarannya Lima yang kekal yaitu: Al-Bary Ta`ala (Allah Ta`ala), Al-Nafs Al-Kulliyat (Jiwa Universal), Al-Hayula Al-Ula (Materi Pertama), Al-Makan Al-Muthlaq (Tempat/Ruang Absolut) dan Al-Zaman Al-Muthlaq (Masa Absolut).
Menurut Al-Razi, Allah maha pencipta dan pengatur seluruh alam ini. Alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada (ceratio ex nihilo), tetapi dari bahan yang telah ada. Jiwa universal merupakan sumber kekal yang kedua, padanya terdapat daya hidup dan bergerak. Sulit diketahui karena ia tanpa rupa, tetapi karena ia dikuasai naluri untuk bersatu dengan materi pertama, terjadilah pada zatnya rupa yang dapat menerima fisik. Argumen yang memperkuat tentang kekekalan materi pertama, dengan dua argumennya: adanya penciptaan mengharuskan ada Pencipta, ketidakmungkinan penciptaan dari ceratio ex nihilo.
Materi yang kekal, maka ia menempati ruang, ruang juga kekal. Ruang dipahami sebagai konsep yang abstrak, ruang dapat dibedakan menjadi dua macam; ruang partikular dan ruang universal. Ruang partikular akan terbatas dengan terbatasnya maujud, berubah dan lenyap sesuai dengan keadaan maujud yang ada di dalamnya. Ruang yang kedua tidak terikat dengan maujud maupun terbatas. Ruang dapat dapat berisi wujud atau yang bukan wujud karena kehampaan bisa saja terjadi. Ruang universal ini yang disebut kosng dan ruang ini yang dikatakan Al-Razi sebagai ruang yang kekal.
Waktu atau zaman ada waktu mutlak dan waktu terbatas. Waktu mutlak bersaifat kadim dan substansi yang bergerak dan mengalir. Waktu terbatas (Mahshur) waktu yang berdasarkan pada pergerakan planet, perjalanan bintang, dan mentari, waktu yang terbatas ini tidak kekal, yang disebut dengan al-waqt.
Akal, Kenabian, dan Wahyu, menurut Al-Razi akal bersumber langsung dari Allah, sbegai utusan untuk menyadarkan manusia dari kebodohannya. Al-Razi dikenal sebagai seorang rasionalis murni. Akal menurutnya adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia.dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah. Oleh sebab itu manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan mengekangnya, tetapi harus memberikan kekebasan padanya dan harus merujuknya dalam segala hal.

Dalam bukunya Al-Thibb Al-Ruhani tidak ditemukan keterangan bahwa Al-Razi mengingkari kenabian atau agama, bahkan sebaliknya ia mewajibkan untuk menghormati agama dan berpegang teguh kepadanya agar mendapatkan kenikmatan di akherat berupa surga dan mendapatkan keuntungan berupa ridha Allah. Artinya manusia yang utama dan yang melaksanakan syariah secara sempurna tidak perlu takut terhadap kematian. Ahl ini disebabkan syariah telah menjanjikan kemenangan dan kelapangan serta (menjanjikan) bisa mencapai kenikmatan abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar