Jumat, 03 April 2015

Hermeneutika Jorge J.E Gracia dan Kemungkinannya Dalam Pengembangan Studi Dan PenafsiranAl-Quran. Dalam Buku, Syafa`atun Almirzanah & Sahiron Syamsuddin ed, Upaya Integrasi Hermeneutika AlQuran dan Hadis: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Lemlit UIN Sunan Kalijaga, 2009

Jorge J.E Gracia adalah profesor bidang Filsafat di Departemen of Philosophy, University of Buffalo di New York. Gracia memiliki konsep hermeneutik cukup komprehensif, dalam bukunya A Theory of Textuality dia mendiskusikan hal sangat mendasar tentang hermeneutika. Dia memulai pembahasannya dengan mengemukakan hakikat teks yang merupakan obyek hermeneutiknya. Setelah itu, konsep pemahaman (understanding) mendapatkan perhatian kedua darinya sebelum dia membahas hakikat dan metode penafsiran (interpretation).
            Gracia berpendapat bahwa teks adalah entitas historis, artinya teks itu diproduksi oleh pengarang atau muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Teks itu selalu bagian dari masa lalu, ketika berinteraksi dengan teks, kita berperan sebagai historian dan berusaha mendapatkan kembali ke masa lalu. Problemnya adalah bahwa penafsir hampir tidak memiliki akses langsung terhadap makna yang dikandung oleh teks tertentu. Gracia menawarkan solusi terhadap problem hermeneutis tersebut “the development of textual interpretation” tujuannya untuk menjembatani kesenjangan antara situasi-situasi dimana teks itu muncul atau diproduksi dan situasi-situasi yang ada di sekitar audiens kontemporer (pembaca/penafsir teks) yang berusaha menangkap makna dan implikasi dari teks historis tersebut.
Hermeneutika dalam dunia Barat telah mencapai yang disebut dengan filsafat hermeneutis (hermeneutical philosophy). Jarang dikemukakannya karya Ulumul Quran yang filosofis disebabkan faktor pragmatis, dalam arti bahwa Ulumul Quran dipandang sebagai aspek pedagogis dalam bidang metode penafsiran Al-Quran. Namun embrio hermeneutika filosofis telah ada di masa klasik dalam sejarah Islam, seperti dalam Qanun Al-Ta`wil (Al-Ghazali), dan fashl Al-Maqal (Ibn Rusyd).

 Hakikat interpretasi mempunyai tiga kemungkinan makna: meaning, translation, explanation. Terkait dengan istilah fahm (pemahaman) atau undestanding, Gracia memberikan penjelasan “Pemahaman, meskipun demikian tidaklah sama dengan ‘makna’ (meaning). Pemahaman adalah semacam aktivitas mental dimana seseorang menangkap sesuatu, yang dalam kasus teks sesuatu tersebut adalah makna teks itu” dengan adanya penjelasan (bayan) penyampaian pesan kepada publik yang terdapat dalam teks dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan memberikan keterangan analisa tertentu menjadikan penafsiran lebih sophisticated dan mendalam. Selain itu hermeneutika dapat memperkuat etika dalam penafsiran. Artinya tiada yang terjebak pada truth claim dalam menafsirkan suatu teks. Etika yang benar adalah kita tidak boleh mengklaim kebenaran pada diri sebab dalam penafisran terdapat banyak hal yang menghalangi penafsir untuk sampai kepada kebenaran eksegetik tunggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar