Jorge J.E Gracia adalah profesor bidang Filsafat di
Departemen of Philosophy, University of Buffalo di New York. Gracia memiliki
konsep hermeneutik cukup komprehensif, dalam bukunya A Theory of Textuality
dia mendiskusikan hal sangat mendasar tentang hermeneutika. Dia memulai
pembahasannya dengan mengemukakan hakikat teks yang merupakan obyek hermeneutiknya.
Setelah itu, konsep pemahaman (understanding) mendapatkan perhatian
kedua darinya sebelum dia membahas hakikat dan metode penafsiran (interpretation).
Gracia
berpendapat bahwa teks adalah entitas historis, artinya teks itu diproduksi
oleh pengarang atau muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Teks itu
selalu bagian dari masa lalu, ketika berinteraksi dengan teks, kita berperan
sebagai historian dan berusaha mendapatkan kembali ke masa lalu. Problemnya
adalah bahwa penafsir hampir tidak memiliki akses langsung terhadap makna yang
dikandung oleh teks tertentu. Gracia menawarkan solusi terhadap problem
hermeneutis tersebut “the development of textual interpretation”
tujuannya untuk menjembatani kesenjangan antara situasi-situasi dimana teks itu
muncul atau diproduksi dan situasi-situasi yang ada di sekitar audiens
kontemporer (pembaca/penafsir teks) yang berusaha menangkap makna dan implikasi
dari teks historis tersebut.
Hermeneutika dalam dunia Barat telah mencapai
yang disebut dengan filsafat hermeneutis (hermeneutical philosophy).
Jarang dikemukakannya karya Ulumul Quran yang filosofis disebabkan faktor
pragmatis, dalam arti bahwa Ulumul Quran dipandang sebagai aspek pedagogis
dalam bidang metode penafsiran Al-Quran. Namun embrio hermeneutika filosofis
telah ada di masa klasik dalam sejarah Islam, seperti dalam Qanun Al-Ta`wil (Al-Ghazali),
dan fashl Al-Maqal (Ibn Rusyd).
Hakikat
interpretasi mempunyai tiga kemungkinan makna: meaning, translation,
explanation. Terkait dengan istilah fahm (pemahaman) atau undestanding,
Gracia memberikan penjelasan “Pemahaman, meskipun demikian tidaklah sama dengan
‘makna’ (meaning). Pemahaman adalah semacam aktivitas mental dimana
seseorang menangkap sesuatu, yang dalam kasus teks sesuatu tersebut adalah
makna teks itu” dengan adanya penjelasan (bayan) penyampaian pesan
kepada publik yang terdapat dalam teks dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan
memberikan keterangan analisa tertentu menjadikan penafsiran lebih sophisticated
dan mendalam. Selain itu hermeneutika dapat memperkuat etika dalam penafsiran.
Artinya tiada yang terjebak pada truth claim dalam menafsirkan suatu
teks. Etika yang benar adalah kita tidak boleh mengklaim kebenaran pada diri
sebab dalam penafisran terdapat banyak hal yang menghalangi penafsir untuk
sampai kepada kebenaran eksegetik tunggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar