Minggu, 29 Maret 2015

PEMIKIRAN FILOSOFIS MUHAMMAD IQBAL TENTANG PENDIDIKAN ISLAM (karya Sahabat Asmarita)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Muhammad Iqbal adalah seorang penyair, pujangga dan filosof besar abad ke20,sosoknya memangfenomenal. Dimanamelalui karyanya beliau banyak sekali menyumbang untuk memperbaikipendidikan Islam. Lebih dari siapa pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunanfilsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu muslim dalammengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yangfatalistik. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memilikiimplikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas.
Menurut Muhammad Iqbal, kemunduran Islam adalah akibat kebekuan para pemikir pendidikan Islam.[1]Sehingga perlu ada perbaikan dalam dunia pendidikan. Pendidikan Islam mengalami kemunduran dan belum bisa menyaingipendidikan barat yang sudah maju semenjak bangsa barat menguasai dunia.Padahal melihat sejarah, Islam lebih dahulu maju daripada bangsa barat. Sehinggauntuk lebih maju, perlu melihat kembali kekurangan-kekurangan pendidikanIslam agar bisa berkembang menjadi lebih baik.
Dalam makalah ini, penulis mencoba mengangkat seorang pemikir,pujangga dan  pembaharu Islam Muhammad Iqbal yang bukan saja berpengaruh di negerinyaPakistan tapi juga di Indonesia sendiri. Disini penulis akan membahastentang pemikirannya di bidang pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi Muhammad Iqbal?
2.      Apa saja karya-karya Muhamad Iqbal?
3.      Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan Islam?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui biografi Muhammad Iqbal.
2.      Untuk mengetahui karya-karya Muhammad Iqbal.
3.      Untuk mengetahui pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 9 november 1877.[2] Iqbal adalahketurunan Kasta Brahmana dari Kasymir. Kakeknya bernama Syeikh MuhammadRofiq. Ayahnya, bernama Nur Muhammad adalah seorang tokoh sufi, dan ibunyabernama Imam Bibi, dikenal juga dikenal sebagai muslimah yang sholihah.Keshalihahanayah Iqbal mempunyai pengaruh yang mendalam pada MuhammadIqbal.[3]
Pendidikan Iqbal dimulai dilingkungan keluarganya. Ia dididik agama secaraketat oleh ayahnya. Selanjutnya, ia dimasukkan kesekolah Maktab (surau) untukbelajar Al-Qur’an. Pendidikan formal Iqbal dimulai di Scottish Mission School diSialkot. Kemudian melanjutkan sekolah ke Lahore.
Pada tahun 1897, ia memperoleh gelarB.A (Bachelor of Arts). Ia mendapat medali emas sebagai penghargaan karenaprestasinya dalam ujian bahasa arab. Kemudian pada tahun 1899 Iqbalmemperoleh gelar M.A (Master of Arts) ia mendapat medali emas pula dalamujian magister ini.
Pada tahun 1905, Iqbal melanjutkan studi di London di Universitas Cambrigde dan bidang yang ditekuninya adalah filsafat moral. Ia mendapat bimbingan dariJames Wird dan seorang oe-Hegelian, James Tagart.[4] Juga sering diskusi denganpemikir lain serta mengunjungi perpustakaan Cambridge London dan Berlin.Untuk keperluan penelitiannya, ia pergi ke Jerman mengikuti kuliah selama duasemester di Universitas Munich yang kemudian mengantarkannya meraih gelarDoctorisPhilishophy grandum, gelar doctor dalam bidang filsafat pada November 1907, dengan disertasi The Development of Metaphisics in Persia, dibawahbimbingan Hommel. Ia kembali ke London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London.



B.     Karya-Karya Muhammad Iqbal
Iqbal terus berkarya dan membangkitkan semangat jiwa bangsanya. Tahun1935 ia diangkat sebagai ketua Liga Muslim cabang Punjab dan terusberkomunikasi dengan Ali Jinnah. Namun, pada tahun yang sama, ia mulaiterserang penyakit dan semakin parah sampai mengantarkannya pada kematian,tanggal 20 April 1938.[5]
Iqbal mewariskan banyak karya tulis, berbentuk prosa, puisi, jawaban atastanggapan orang atau kata pengantar bagi karya orang lain. Karya-karyanya,antara lain:
1.      The Development of Metaphysic in Persia (desertasi, terbit di London, 1908)
2.      Asra-I Khudi (Lahore, 1916, tentang proses mencapai insan kamil)
3.      Rumuz-I Bukhudi (Lahore, 1918)
4.      Javid Nama (Lahore, 1932)
5.      The Reconstruction or Religious Thought in Islam (London, 1934)
6.      Musafir (Lahore, 1936)
7.      Zarb-I Kalim (Lahore, 1937)
8.      Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
9.      Letters and Writings of Iqbal (Karachi, 1967, kumpulan surat dan artikel Iqbal)

C.    Pemikiran Muhammad Iqbal TentangPendidikan Islam
1.      Defenisi dan Tujuan Pendidikan Islam
Defenisi pendidikan menurut Muhammad Iqbal, merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupanperorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukminsejati atau yang biasa disebut dengan insan kamil.[6]
Muhammad Iqbal menggambarkan manusia yang ideal atau sejati itu melalui hasil karya-karyanya. Dalam filsafatnya dijelaskan ada beberapa ciri manusia yang ideal, di antaranya:
1)      Hidup yang baik adalah hidup yang penuh usaha dan perjuangan, usaha itu tersebut hendaknya bersifat kreatif dan orisinil.
2)      Orang yang baik hendaknya belajar menerapkan intelegensinya secara meningkatterus dalam rangka penjelajahan dan pengendalian daya dan kekuatan alam, sambilmenambah pengetahuan dan kekuatannya sendiri.
Di samping itu MuhammadIqbal juga mengemukakan mengenai tujuandiselenggarakannya pendidikan Islam. Sebenarnya menurut dia, pendidikan itudiawali dari adanya rasa ego. Ego akan mengalami proses evolusi dan selaluberjuang untuk mencapai kesempurnaan. Ego yang sempurna itulah yang disebut sebagai insan kamil dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan.
Adapun rincian dari tujuan pendidikan, di antaranya:
a.       Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
b.      Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[7]
c.       Keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Dalam kaitannya dengan ini Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikirannya tentang kehendak kreatif. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan Soz.Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permaslahan dunia harus menjadi tujuan hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan mengubah yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan keindahan.[8]
d.      Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.

2.      Kurikulum Pendidikan
Kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai macam rencana kegiatananak didik yang terperinci yang berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saranstrategi belajar mengajar dan hal-hal yang mencakup kegiatan yang bertujuanmencapai tujuan yang diinginkan.[9]
Adapun isi kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah:
a.       Isi kurikulum pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya Muhammad Iqbal menggunakan kata pengetahuan (knowledge) yang didasarkan pada panca indra. Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasan yang harus ditempatkan di bawah agama. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama adalah suatu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan individu juga masyarakat.[10]
Apabilapengetahuan dalam arti ini tidak ditempatkan dibawah agama, ia akan menjelmamenjadi kekuatan syetan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagailangkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Olehkarenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan.”[11]

Jadimenurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalansecara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikultanggung jawab yang besardimana ilmu pegetahuan juga pasti terlibat. Adanyapengkategorian ilmu pengetahuan dan agama menurut Iqbal adalah suatu tindakanyang kurang bijaksana.Sebagaimana tercantumdidalam puisinya:
Dunia timur berhasil menangkap suaraIllahi
Tetapi gagal mencerap derap dunia
Barat kehilangan diri didunia kini
Melarikan diri dari seru Illahi
Menatap wajah Allah adalah Ibadah
Melirik diri sendiri tanpa sadar tanpa tabir
Ibarat mereguk hidup sepenuh.[12]
b.      Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak.Pendidikan watak menurut Muhammad Iqbal merupakan faktor yang penting dalam pendidikan.
Untuk mengembangkan watak, pendidikan hendaknya memupuk sifat keberanian, toleransi dan faqir (sikap yangmembebaskan).
3.      Metode Pendidikan
Metode pendidikan merupakan bagian dari alat-alat pendidikan dalamupaya untuk mencapai tujuan pendidikan.[13]Metode pendidikan didasarkan pada tingkat usia anak didik berdasarkan pertimbangan periode perkembangan anak didik, Nabi mengemukakan cara mendidik yang baik. Beliau menyatakan:Didiklah anak-anakmu dengan cara bermain-main pada usia tujuh pertama dan tananamkanlah disiplin kepada mereka pada tujuh tahun berikutnya kemudian ajaklah mereka berdiskusi saat mereka mencapai periode usia tujuh tahun yang ketiga dan selanjutnya barulah mereka dapat dilepaskan untuk menentukan sikap hidupnya secara mandiri.
Adapun metode pendidikan yang sesuai menurutMuhammad Iqbal adalah :
a.       Self activity. Metode yang terbuka bebas bagi keaktifan sendiri. Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.
b.      Learning by doing. Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan yang digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka.
c.       Tanya jawab. Menurut Muhamamad Iqbal pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.
d.      Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesuatu dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah-masalah, kemudian dibahas dari yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan harus ditinjau dari berbagai macam segi agar tuntas dalam melibatkan mata pelajaran yang ada kaitannya sebagai sumber dari pemecahan masalah tersebut.
e.       Metode pemecahan masalah atau problem solving . Bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
4.      Peserta didik
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisikmaupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui proses pendidikan.[14] Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearahtitik optimal kemampuan fitrahnya. Pemikiran Muhammad Iqbal tentangpendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal padakebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untukmenentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya.
Dengan kebebasannyaitu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki kreativitas berfikirtinggi sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipergunakanuntuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan akan datangyangmerupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi.MuhammadIqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadappendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.[15]Muhammad Iqbalmengharap agar sekolah dapat membina dan mengembangkan pribadi-pribadi yangbebas, berani dan kreatif.Arti kebebasan mengandung arti yang besar. Kebebasan terkadang mengandung arti selain memilih sesuatu yang baik juga bebas untuk menentukan pilihan yang jahat. Namun yang dimaksud kebebasan disini adalah tugas manusia untuk melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan-Nya itu dengan jalan memanfaatkan karunia berupa kebebasan tersebut secara bijaksana dan konstruktif.
5.      Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbinganatau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninyaagar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagaimakhluk Allah SWT.[16]
Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitastidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkritdan dinamis.Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalanmembangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengananeka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikianmerangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif.
Muhammad Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnyaguru yang mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal inidikarenakan bahwa anak perlu berhubungan dengan alam dalam setiap prosesbelajarnya, yaitu untuk menumbuhkan kreativitasnya.[17]










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan senantiasa selalu berkembang dan berpengaruh dalam kehidupansosial masyarakat. Dari hal itu maka tidak dapat dipungkiri bila dalampendidikan selalu muncul sebuah problematika yang sangat aktual berkembangdidalamnya. Dalam hal ini Muhammad Iqbal memberikan konsep tujuanpendidikan, peranan pendidik, peserta didik, kurikulum, metode dan lingkunganyang dibangun oleh Muhammad Iqbal sangat sesuai dengan yang diharapkanoleh pendidikan pada zaman sekarang secara ideal.
Hanya saja secara realitanya belumbisa berkembang secara seimbang, karena ada kegagalan sistem pendidikan yangmengatur koneksifitas pendidikan. Jadi dalam sistem pendidikanlah yangmengawali sukses tidaknya produktifits pendidikan dalam outputnya. Jika sistemtersebut terkonsep dalam kurikulum, maka kurikulumlah yang perlu dibenahi.Bagaimana kurikulum tersebut terancang sesuai dengan kondisi pendidik, peesertadidik dan lingkungan. Yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan pendidikansesuai yang diharapkan.
Kaitannya dengan hal tersebut, kurikulum yang dipaparkanoleh Muhammad Iqbal sangat relevan jika dipraktekan dalam sistem pendidikanzaman sekarang, karena poin-poin yang dimasukkan dalam kurikulumnya sudahmenyangkut segala aspek kehidupan dan dapat mempersiapkan output pendidikanyang mampu menghadapi segala problematika dalam masyarakat, serta mengawalisebuah perubahan yang lebih baik dalam pendidikan.









DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras.
Danusiri. 1996. Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iqbal, Muhammad.2002. The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi),diterjemahkan olehTim Inisiasi Press, Jakarta : Innisiasi Press.

Miss Luce dan Claude Maitre. 1981. Introduction ala pense diqbal. (Pengantar kePemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh Djohan Effendi, Jakarta: Pustaka Kencana.
Nasution, Harun. 1987. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan bintang.
K.G Saiyidain. 1981. Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah: M.I. Soelaeman,Bandung: CV. Diponegoro.

Salahudin, Anas.2011. Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia
Soleh,A. Khudari.2012. Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarsono.1997. Filsafat Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta.




[1]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1987),hal. 191.
[2] Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal.105.
[3] Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), hal. 4.
[4] Ibid,. hal. 5.
[5]Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal.106.

[6]K.G. Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah : M.I. Soelaeman,(Bandung: CV. Diponegoro, 1981), hal. 90.
[7]Ibid.,hal. 90.

[8]K.G. Saiyidain, Iqbal`s Educational Philosophy, Penerjemah: M.I. Soelaeman,(Bandung: CV. Diponegoro, 1981), hal. 120.
[9] AbdulAziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009). Hlm, 163-164.
[10]Miss Luce dan Claude Maitre, Introduction ala pense diqbal. (Pengantar kePemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh Djohan Effendi, (Jakarta: Pustaka Kencana,1981), hal.18.

[11]Muhammad Iqbal,The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi),diterjemahkan olehTim Inisiasi Press, (Jakarta: Innisiasi Press, 2002), hal. 83.
[12]K.G. Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah: M.I. Soelaeman,(Bandung: CV.Diponegoro, 1981), hal. 112.

[13]Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),hal. 179.
[14]AbdulAziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 194.
[15]K.G Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah: M.I. Soelaeman,(Bandung: CV. Diponegoro, 1981), hal. 35.
[16]AbdulAziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 179.

[17]A. Khudari Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), hal. 300-302.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar